Saya sempat berada pada satu jamuan makan dengan seorang Profesor
Dokter. Saya perhatikan beliau makan hanya dengan lauk kerupuk saja. Nasi plus
kerupuk, titik. Padahal menu yang disediakan tuan rumah adalah nasi tutug oncom
komplit, ada ayam goreng, pepes ayam, perkedel, tahu tempe, lalap dan sambal
yang luar biasa sedapnya. Saya bertanya, “Mengapa Prof hanya makan dengan
kerupuk?”
“Saya membatasi diri karena usia sudah kepala tujuh?”
“Apakah Prof sering berbekam?”
“Belum pernah!”
*********
Bagi saya yang sudah mengenal bekam, kejadian tersebut sangat
menggelikan. Bekam adalah metode pengeluaran toksid (racun), sedangkan toksid
adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Makanan dan minuman kita tidak
steril, setiap saat kita bersentuhan dengan asap rokok, kendaraan bermotor,
polusi pabrik. Jadi, toksid senantiasa masuk kedalam tubuh, suka atau tidak
suka, sadar atau tidak sadar.
Jika tidak pernah dibuang, toksid akan menumpuk dan menjadi sumber
penyakit. Metode pembuangan toksid yang paling mudah dan efektif adalah bekam.
Setiap orang sesungguhnya faham akan hal ini. Sayangnya, sangat sedikit
yang kemudian menjadikan bekam sebagai solusi. Mengapa? Saya berpendapat, hal
ini dikarenakan bekam adalah ajaran Islam, sunnah Rasul, yang tidak diakui oleh
kedokteran Barat (konvensional). Kedokteran konvensional selalu mengaitkan
penyakit dengan virus dan bakteri sehingga yang dilakukan adalah membunuh virus
dan bakteri, diantaranya dengan obat antibiotik. Jika ada kerusakan organ,
dilakukanlah operasi dan transplantasi (pencangkokan). Jika obat dan tindakan
yang dilakukan dianggap tidak menyelesaikan masalah, yang dilakukan adalah
mengurangi rasa sakit (analgesik) dan sekedar memperpanjang usia hidup.
Sedang dalam pandangan kesehatan Islam diajarkan sumber penyakit adalah
berbagai sumbatan akibat menumpuknya toksid. Asam urat dan kolesterol adalah
jelas toksid yang menumpuk. Penyakit migrain dan vertigo difahami sebagai
adanya sumbatan yang menghalangi oksiden naik ke kepala dan masuk otak.
Penyakit jantung pun akibat adanya sumbatan atau plak pada pembuluh jantung,
terutama oleh kolesterol. Solusinya tinggal berbekam, keluarlah darah kotor
beserta toksidnya dan langsung segar lagi.
Dengan rutin berbekam, seseorang senantiasa sehat karena gejala
penyakit diantisipasi sedini mungkin. Selanjutnya penyakit-penyakit berat bisa
dihindari. Tak akan dijumpai orang sakit jantung, kanker, gagal ginjal dll.
Penyakit asam urat dan kolesterol bisa dianggap kelas ringan dan dapat dihilangkan
seketika. Orang yang sebelum berbekam berjalan terseret-seret, setelah berbekam
langsung bisa jalan dengan tegap.
Dengan pemahaman ini tidak ada yang dinamakan makanan pantangan,
kecuali yang haram. Makan apa saja dan kemudian sekali sebulan berbekam. Toksid
yang ditimbun selama sebulan dikeluarkan dan badan kembali segar. Lewat darah
bekam yang terkumpul dapat diketahui seberapa banyak toksid terkumpul pada
bulan itu. Ini adalah bekam berkala, sebagaimana dicontohkan Rasulullah. Dalam
keadaan sakit, bekam dapat dilakukan saat itu juga, tidak harus menunggu jadwal
rutin bulanan.
Jika tidak pernah berbekam, meskipun makanan dijaga
sedemikian ketat, toksid tetap akan menumpuk dan pada saatnya akan menimbulkan
penyakit, seperti asam urat. Oleh dokter pasti disuruh berpantang
kacang-kacangan. Jika tidak juga berbekam, penyakit lain segera menyusul dan daftar
pantangan makanan semakin panjang. Akhirnya seperti kisah pak Prof di awal
tadi, makan cukup dengan lauk kerupuk. Kalau sudah begini, makanan pembantu rumah
tangganya jauh lebih mewah dibanding makanan sang majikan.
Posting Komentar