DAKWAH THIBBUN NABAWI

Sabtu, 09 Februari 20130 komentar

Dalam hal kesehatan, pilihan masyarakat saat ini hanya ada dua. Menjaga kesehatan dengan obat-obatan warung atau mengeluarkan biaya berjuta-juta untuk opname di rumah sakit. Dalam pandangan thibbun nabawi kedua pilihan tersebut jelas salah. Namun hal itulah yang ditempuh hampir 100% masyarakat kita. Tidak heran jika mereka hingga kini belum mengenal konsep thibbun nabawi.
Ketika ditanyakan, apakah bapak dan ibu pernah berbekam? Jawabnya adalah: belum. Mengapa? Mahal biayanya, 50 ribu. Sering mengkonsumsi madu, habbatus sauda atau zaitun? Belum! Harganya mahal, 35 ribu sebotol isi 60 kapsul. Jadi, tiap kapsulnya 500 perak.


Dari jawaban tersebut jelaslah mereka adalah pengguna obat warung. Pusing, pergi ke warung beli obat. Diare, pergi ke warung beli obat. Nyeri gigi, pergi ke warung beli obat. Obat-obat warung menjadi solusi gangguan kesehatan, apapun bentuknya, karena harganya yang murah, seribu dapat 5 biji, dan khasiatnya cespleng.
Obat-obatan warung tidak ubahnya seperti bom waktu. Masyarakat menganggapnya sebagai solusi masalah kesehatan, mengobati segala macam penyakit. Yang selama ini luput dari perhatian masyarakat adalah bahwasanya pusing, pilek, batuk, diare dll; hanyalah alarm yang menunjukkan adanya kerusakan organ dalam tubuh. Diare adalah tanda banyaknya toksid dalam perut. Pusing adalah tanda tersumbatnya oksigen ke otak. Flu dan batuk adalah tanda menumpuknya toksid dalam paru-paru.
Masyarakat mau ambil gampangnya saja. Mereka tidak peduli dengan toksid yang menumpuk dalam tubuh dan tidak peduli adanya kerusakan organ dalam tubuh. Yang mereka atasi hanyalah gejalanya. Pokoknya pusing, flu, batuk, pilek dan diare hilang. Selain itu mereka bisa bekerja lagi dan mengumpulkan uang untuk kebutuhan anak istri.
Jadilah untuk sehari-hari kesehatannya ditopang dengan obat-obat warung. Sedikit-sedikit pergi ke warung membeli obat manakala merasa kesehatannya terganggu. Masyarakat tidak sadar obat-obat tersebut hanyalah menghilangkan gejala, bukan menyembuhkan penyakit dan memperbaiki organ kerusakan tubuh. Tanpa disadari, kondisi organ tubuh menurun dan terjadi kerusakan secara pelan-pelan.
Sebagaimana bunyi sebuah ungkapan, penyesalan selalu terjadi kemudian. Bom waktu itu meledak. Terjadi serangan jantung, terjadi stroke, terjadi gagal ginjal, asam urat tinggi, kanker paru-paru dll; yang tentunya tidak bisa lagi diatasi dengan obat-obat warung. Akhirnya ia dibawa ke rumah sakit untuk menjalani berbagai tindakan penyelamatan: opname, operasi, pembedahan, masuk ICU. Biayanya pun berjuta-juta, boleh jadi hingga ratusan juta, sehingga harus menjual mobil dan rumah.
Bisa dibayangkan, akankah terjadi kesembuhan dan pulih seperti sedia kala? Yang lebih sering terjadi adalah sekedar membeli waktu sehari dua hari hingga sebulan dua bulan. Ia harus cuci darah, semula sekali sebulan, kemudian sebulan dua kali, sebulan tiga kali, sepekan sekali hingga dua hari sekali. Atau harus menjalani kemoterapi beberapa kali hingga rambutnya rontok dan badannya kurus kering.
Akhirnya dokter dan pihak rumah sakit angkat tangan. Pasien disarankan keluar dari rumah sakit, pulang ke rumah dan berobat di tempat lain. Inilah pilihan masyarakat saat ini: obat warung dan opname di rumah sakit. Disinilah diperlukan dakwah thibbun nabawi agar ummat mulai belajar menjaga kesehatan sehingga tidak sakit dan dapat sehat sepanjang hayat. Seperti Rasulullah junjungan kita yang tidak pernah sakit sepanjang hayatnya, apalagi harus opname hingga melakukan berbagai tindakan operasi.




Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLET ISLAM| Sehatkan Ummat, Jaga Akidahnya - All Rights Reserved
Supported : Mulia Holistik | Creating Website | Feri Firmansyah