MENITI JALAN DAKWAH

Kamis, 18 Juni 20090 komentar



Firman Allah dalam QS. An Nahl [16]: 125,

"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk", QS. An Nahl [16]: 125.

Ayat tersebut memerintahkan kita agar selalu berdakwah, mengajak orang lain kepada Islam, ajaran Allah Swt. Mengajak orang lain haruslah dengan cara hikmah (cara yang baik, bijaksana). Apabila mereka membantah dan tidak mau menerima seruan kita, bantahlah pula dengan cara yang baik.

Jalan dakwah itu sungguhlah banyak, tidak selalu menyeru dan menyampaikan ayat-ayat Allah dari atas mimbar masjid. Segala profesi yang kita jalankan dapatlah dijadikan jalan dakwah, disamping jalan nafkah diri dan keluarga kita. Firman Allah dalam QS. Al Ankabut [29]: 69,

"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik", QS. Al Ankabut [29]: 69.

Ketika kami yang berlatar belakang pesantren terjun dalam bidang pengobatan (kesehatan) banyak diantara ummat Islam yang heran dan bertanya-tanya, "Bukankah pesantren berhubungan dengan pendidikan dan pengajaran Islam. Mengapa sekarang membuka klinik pengobatan?"

Inilah yang selama ini dipahami ummat Islam, saudara-saudara kita. Ajaran Islam dipahami sebatas shalat, shaum, zakat dan haji. Sedangkan yang lainnya, termasuk bidang kesehatan, diserahkan kepada akal pikiran mereka. Seolah-olah Islam tidak mengajarkan perdagangan, pertanian, keuangan, hukum dan juga kesehatan.

Padahal banyak sekali ajaran Islam melalui firman Allah dan sabda Rasulullah yang berdimensi kesehatan. Tentang anjuran mengkonsumsi makanan yang baik-baik saja terdapat dalam QS. Al Baqarah [2]: 172,

"Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah", QS. Al Baqarah [2]: 172.

Rasulullah banyak menganjurkan kita pada pola hidup sehat, seperti makan dengan tangan kanan, larangan kencing sambil berdiri, tidur dengan merebahkan badan ke kanan. Sebuah sabdanya yang sangat terkenal dalam bidang pengobatan adalah,

"Penyembuhan terjadi dengan tiga cara, yaitu minum madu, berbekam dan besi panas. Aku melarang ummatku menggunakan besi panas", HR. Bukhari.

Ajaran Islam tentang kesehatan inilah yang di kemudian hari dihimpun oleh ulama-ulama terkenal seperti Ibnu Qayyim Al Jauziyah dan Imam Jalaluddin Asy Syuyuthi, sekitar tahun 1500, menjadi suatu cabang ilmu "Ath Thibbun Nabawi", ilmu pengobatan nabi. Beliau tidak hanya ahli dalam bidang keilmuan, namun juga berpraktik sebagai tabib. Ilmu ini cukup lama terpendam, belum banyak dipelajari umat Islam yang terpesona oleh pengobatan Barat.

Alhamdulillah, sekarang telah tiba saatnya ummat Islam kembali kepada Thibbun Nabawi setelah pengobatan Barat diyakini gagal menjaga kesehatan masyarakat. Rumah sakit semakin megah, dokter semakin pandai, obat-obatan semakin banyak ditemukan, operasi bedah semakin canggih; tetapi orang sakit juga semakin banyak. Bukankah ini indikasi (tanda) gagalnya sistem pengobatan Barat?

Wahai saudaraku seiman, marilah kita kembali kepada pengobatan Nabi, pengobatan Islam, pengobatan yang menggabungkan unsur-unsur alamiah, ilmiah dan Ilahiyah. Berobat bukanlah sekedar mengejar kesembuhn, namun juga menjaga akidah. Hal ini tidaklah mudah karena disana pasti banyak hambatan dan rintangan. Diperlukan kesungguhan, diperlukan jihad, diperlukan komitmen, karena hanya orang-orang yang mau berjihadlah yang akan ditunjuki Allah pada jalan-jalan-Nya.

Inilah salam perkenalan kami, yang hendak meniti jalan dakwah dengan suatu kesungguhan. Bantulah kami.........!

Share this article :

Posting Komentar

 
TEMPLET ISLAM| Sehatkan Ummat, Jaga Akidahnya - All Rights Reserved
Supported : Mulia Holistik | Creating Website | Feri Firmansyah